CINTA ASUNGAN

Cerpen

Minggu, 15 September 2019

Cerpen "PAMALAYU SEJARAH KERAJAAN DHARMASRAYA"

Dodi seorang cowok miskin, penuh akan kekurangan. Dalam pikirannya terus membayangkan tentang kesulitan hidupnya sehari--hari. Sulit ia ceritakan bagai mana perasaannya, terkadang terbersit dibenaknya takan ada yang mau bersahabat dengannya, itu lah sebabnya sering membuat dia minder dari pergaulan sehari-hari. Sesekali Dodi menghembuskan nafas panjang sambil meratapi nasip yang dialaminya.
Terkadang tersenyum seakan-akan tak menyesali tentang takdir yang telah ditentukan Tuhan kepadanya.
          Pagi yang cerah, mentari memancarkan sinarnya ke muka bumi. Kabut pagi perlahan mulai sirna. Sedangkan tanda-tanda mendung dilangat jingga tidak ada. Dedaunanpun sudah mulai tampak kering dibakar teriknya mata hari. Dengan langkah gontai, Dodi sutra menyusuri sepang jalan komplek elite, menuju kesebuah rumah megah nan penuh kemewahan yang terletak di kawasan Elite, yang tak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Sesampainya Dodi Sutra dirumah megah yang ia tuju, dipencetnya bel rumah Diani itu tiga kali, sebagai isyarat kedatangan tamu. Tak lama berselang, terlihat sesosok ibu setengah baya keluar menghampiri Dodi, tanpa basa basi, Dodipun menanyakan Diani selaku dari tuan rumah itu tersebut.
         ‎"Diani nya ada buk..?" Tanya Dodi Sutra.
         ‎"Ada di dalam, ini siapa ya...?" Tanya balik ibu paroh baya itu.
         ‎"Saya Dodi buk, temannya Diani" Terang Dodi pada ibu.
         ‎"Ooh...Silakan masuk, monggo diluar panas, Bentar Diani nya tak panggilin dulu" Ajak ibu itu ramah.
        Dodi Sutra masuk menuju ke ruang tamu di rumah mega itu, Dodi Sutra duduk di sofa empuk berwarna Violet tua, sejenak Dodi terpaku menatap keindahan seisi rumah mewah tersebut. Dinding rumah berukiran, dilangit-langit rumah dihiasi lampu-lampu kristal warna -warni.
             "Hay...Dodi, Apa kabar, maaf sedikit telat" Sapa Diani baru saja keluar dari Kamarnya.
             ‎"Baik, dan kamu... ?" Sambut Dodi balik nanya.
             ‎"Alhamdulillah juga baik" Ujarnya tersenyum.
      Senyum sumringah tampak terpancar dari ‎sepasang remaja yang baru saja bertemu, semilir angin berhembus membuat suasana semakin sejuk. Sesekali terdengar gemersik dedaunan yang tumbuh dipekarangan rumah mewah itu, meliuk kian kemari mengikuti kemana arah angin yang bertiup.
      ‎    "Hmmm,,, bentar ya Dod, ku ambil minuman nya" Ujar Diani
      ‎     "Udah dong, tidak perlu repot-repot de Dian"
      ‎       "Ah, biasa" Sambut Diani sembari tersenyum melangkahkan kakinya ke ruang belakang, sebentar saja, Diani kembali membawa segelas minuman.
      ‎        "Silakan di minum Dodi! "
      ‎        "Terimah kasih Diani" Sambut Dodi lembut.
      ‎        "Dodi, Besok malam punya acara gak?" Tanya Diani singkat.
      ‎        "Yeee...Gak ada tu, emangnya napa?" Kata Dodi balik tanya.
      ‎       "Aku punya teman, namanya Hanna, Dia instruktur komputer, biasanya setiap sabtu dia pulang kerumah, gimana nanti kite pergi jalan bareng!" Ajak Diani ngedipkan matanya ke Dodi.
Dodi Sutra tertunduk bingung, hatinya serasa berdegup kencang.
             "Mmm, Kok Diam sih Dod, kagak mau ya...?" Tanya Diani lagi mengerutkan dahi nya.
           "Mau dong Dian" Sambut Dodi dengan suara sedikit sendat. Betapa tidak, Selama hidupnya belum pernah sekalipun merasakan jalan bareng sama wanita, dengan teman lelakinya sajapun tidak pernah.
           ‎ "Hehehee,,, Gitu dong, Masak sih jawab itu saja mesti tunggu lama" Ledek Diani.
       Terik mentari membakar bumi, semua itu tak jadi hirauan bagi Dodi Sutra. Seperti gontai ditelusurinya jalan komplek elite itu. Angan-angannya serasa terbang kelangit biru, Jiwanya berontak tak tahu harus berbuat apa, yang ada dalam pikiran, kemana mesti dicarinya duit untuk bermalam mingguan nanti bersama Diani dan Hanna. Biasanya ia hanya mendapatkan Honor dari naskah cerpen atau puisi yang ia kirim keredaksi surat kabar, namun kali ini, naskah yang telah ia kirim belum juga ada kabar dari pihak redaksi untuk muat.
         Tak terasa waktu berlalu, malam minggupun tiba, Dua gadis remaja cantik bergoncengan di atas sepeda motor melaju membela senja nan mulai gelap. Tak asing, Diani dan Hanna menuju kerumah mungil Dodi Sutra yang selalu tenggelam dalam kesunyian malam. Di teras rumah kecil itu, Dodi terlihat murung tak karuan, dalam lamunan entah apa yang tengah di pikirkan, sontak saja Dodi sutra kaget melihat kedatangan Diani bersama Hanna sebelumnya telah ia ceritakan pada Dodi.
         ‎"Dodi.... Lagi sibuk kah...?" Tanya Diani.
         ‎"Enggak, Ayo masuk...!" Ajak Dodi kalem. Diani dan temannya Hanna masuk, sembari duduk diatas lantai yang hanya beralaskan tikar Pandan dengan ukuran tiga kali dua meter saja.
         ‎"Bentar ya...." Ujar Dodi membalik serta melangkahkan kakinya kearah ruang dapur, sekejap saja Dodi sutra keluar membawa napan berisi minuman.
         ‎"Maaf, hanya air putih" Sahutnya sambil mempersilahkan Diani dan Hanna minum.
         ‎"Mmm,,, Repot-repot amat sih Dod" Kata Diani tersenyum.
         ‎"Begitu adanya Diani, cuma air putih" Sambungnya lagi.
         ‎"Biasa lah Dod. Semua orang juga disarankan dokter untuk minum air putih, ya gak Hanna" Ucap Diani Canda sambil menoleh kearah Hanna.
         ‎"Ya, pastinya saran dokter begitu, perbanyak minum air putih" Sambut Hanna pula.
         ‎"Oohh,,,,Ya, Dod. Perkenalkan ini Hanna yang ku bilangin kemaren" Ujar Diani menoleh kearah Hanna dan Dodi bergantian.
         ‎"Selamat malam Buk, saya Dodi Sutra" Ujarnya dengan sedikit menundukan kepala sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. Gayungpun bersambut, Hanna menyambut Salaman itu.
         ‎"Malam juga" Sambut Hanna senyum membalas salaman Dodi, jabatan tangan diantara mereka berdua sepertinya menyimbolkan suatu kekompakan.
         ‎"Maaf, beginilah keadaan ku Diani dan Hanna, hidup miskin serba kekurangan" Jelas Dodi sutra terkait nasip kehidupannya.
         ‎"Kami kesini bukan karena faktor Kekayaan, melainkan memenuhi janji kita yang kemaren, Ingatkan janji kita kemaren...?" Ujar Diani seraya mengerutkan keningnya.
         ‎"Hmmm,,,,, yah, aku ingat" Jawab Dodi tampak gelisah. Namun Diani cepat tanggap, mengerti apa yang tengah jadi hirauan Dodi Sutra.
         ‎"Tak perlu dipikirkan Dod, yang pasti kita pergi saja dulu" Oceh Diani tersenyum.
         ‎"Jalan kemana kita...?" Tukas Dodi kalem.
         ‎ "Ke Candi Pulau Sawah saja, melihat Festival Pamalayu, Ajang kebudayaan terlama dan terbesar sepanjang sejarah kabupaten Dharmasraya" Ajak Diani semangat sambil manggut-manggut kepala, pertanda ajakan serius Diani pada Dodi dan Hanna. Sebab sejarah Pamalayu itu sangat penting di pelajari, karena Ekspedisi Pamalayu adalah sebuah diplomasi melalui operasi kewibawaan militer yang dilakukan Kerajaan Singhasari di bawah perintah Raja Kertanagara pada tahun 1275–1286 terhadap Kerajaan Melayu di Dharmasraya.
            ‎"Setuju, Selain Talkshow Kemaritiman, dan berbagai perlombaan lainnya, komplek candi Pulau Sawah, Nagari Siguntur, Kecamatan Sitiung itu di jadikan pula selaku pusat kegiatan Festival Pamalayu. Kita juga di suguhi dengan beragam Budaya, Kuliner, Souvenir dan keindahan alam yang bisa untuk kita nikmati di Pulau Sawah, kita juga dapat melihat situs-situs sejarah yang ada di tanah ranah cati nan tigo ini, mesti terus kita gali dan kita pelajari" Cetus Hanna pula. Dodi Sutra menoleh kearah Hanna seorang gadis yang baru saja di kenalnya itu. Hanna tersenyum juga ikut menganggukan kepala agar Dodi Sutra mau turut serta.
           "Aku tak punya Motor..." Sahut Dodi rada-rada sendat
           ‎"Kamu bisa mengendarainya bukan..?" Sela Diani cepat.
           ‎"Bisa, tapi tidak baik kalo motornya diboncengin tiga orang" Utas Dodi lagi.
           ‎"Ahh, kagak usah dipikirin, se penting kita nyampe diCandi Pulau Sawah. Nyook berangkat..!!" Cetus Diani tak sabar lagi cepat-cepat tiba di Candi Pulau Sawah. Bagai mana tidak, Kawasan Candi Pulau Sawah adalah Pusat Festival Pamalayu, karena kawasan itu diyakini betul menjadi lokasi penting dari ibu kota Kerajaan Malayu kuno. Sebab di lokasi itupun banyak ditemukan benda benda purbakala dan artefak kuno yang diduga merupakan peninggalan kerajaan di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat itu.
      Semilir Angin bertiup menerpa dedaunan pisang yang tumbuh subur dipekarangan rumah mungil Dodi Sutra. Tiga remaja berdarah jingga itu berpamit pergi pada ibu Dodi sutra. Ditengah perjalanan menuju ke Candi Pulau Sawah tersebut, mereka terus bercerita terkait tentang Ekspedisi Pamalayu.
Tak seberapa lama Dodi dan kedua temannya itu sampai di Pulau Sawah. Setelah Sepeda motor diparkirkan, mereka mutar-mutar mengelilingi Candi peninggalan kerajaan Swarnabhumi itu, melihat berbagai reruntuhan bangunan kuno yang kemudian bakal dibangun kembali seperti semula.
             Pesta kebudayaan besar-besaran yang pertama kali diselenggarakan Pemkab Dharmasraya, membuat hati berdecak kagum. Festival Pamalayu yang diadakan dialam terbuka menjadikan suasana sangat indah, di temani gemerlapnya bintang dilangit, seolah-olah awan takut untuk merusak pemandangan nan cukup bersahaja itu. Siapa pun akan takjub melihat keindahan  alam ciptaan Tuhan di Pulau sawah yang lengkap dengan sejarah kerajaan di kabupaten Dharmasraya. Ribuan masyarakat dari berbagai sudut Dharmasraya memadati area Festival Pamalayu. Seakan terasa lelah, Tiga remaja tersebut duduk di hamparan rerumputan hijau sambil melihat para pengunjung yang lalu lalang.
             ‎"Hmm,,,, asyik juga ya malam ini" Kata Diani memecahkan suasana diam mereka sambil menikmati Camilan yang ada di tangannya.
             ‎"Pastinya dong Dian, kan ada ibuk Instruktur diantara kita. Heheee..." Gurau Dodi dengan lirikan mata kearah Hanna.
             ‎"Hmmm,,, gitu de kalian" Sambut Hanna tersipuh.
             ‎"Hanna keliatan malu de" Ledek Diani lagi.
             ‎"Gak kok, biasa aja. Ooh,,, ya, kalian sudah temanan lama ya...?" Tanya Hanna pula.
             ‎"Lumayan lama" Jawab Diani singkat.
             ‎"Apakah kalian tak pernah bertengkar?" Tanya Hanna penasaran melihat keakraban diantara mereka.
             ‎"Sering de Hanna, bahkan terkadang berhari-hari diam-diaman, tak saling sapa, tapi seiring berjalannya waktu, kami baikan lagi" Jelas Dodi pada Hanna.
             ‎"Maaf, apakah kalian masing -masing sudah punya pacar...?" Tanya Hanna lebih lanjut tentang kepribadian pertemanan mereka berdua.
             ‎"Dulu sih ada, kenapa sih Hanna tanya tentang itu semua, atau jangan-jangan naksir Dodi ya...?" Canda Diani mencubit pinggul Hanna. Sementara Dodi sibuk memainkan rumput layu yang ada dijari tangannya, dibiarkan begitu saja kedua temannya itu menjadikan dirinya sebagai bahan gurauan. Lampu penerang Festival Pamalayu warna warni menjadikan suasana bertambah romantis, sehingga para pengunjung Festival Pamalayu memanfaatkan moment itu untuk bersantai sambil memahami tentang sejarah besar yang terdapat di kabupaten Dharmasraya.
             ‎"Heeyy... Kok ngelamun lagi sih..?" Kata Hanna berusaha mengagetkan Dodi, memecah sunyi sejenak mereka hanya membisu.
             ‎"Hanna....sih suka ngagetin, aku kan lagi asyik menatap rerumputan yang telah layu" Sentak Dodi bangkit dari lamunannya.
             ‎"Yahhh...ada apakah dengan tumput itu dan apa hubungannya sama kita-kita...." Ledek Hanna serius.
             ‎"Begitulah diri ku Hanna, manalah mungkin ada yang mau sama ku" Ungkap Dodi sedikit sendat, kepala tertunduk dan kembali mempermainkan rumput kering yang ada di jari-jari tangannya. Hannapun termenung setelah mendengar ucapan Dodi.
             ‎"Hmmm....kalo Diani ada gak gebetannya....?" Tanya Hanna mengalihkan pembicaraan, walaupun dalam topik yang sama, karena Hanna tak ingin membuat Dodi larut dalam kesedihan hanya karena dia.
            "Kalau Diani sih sudah  punya pacar" Gumam Dodi membalikan punggung dan menyandarkannya ke punggung Diani.
            ‎"Ohh... Ya... Cie.. Cie... Ciee... Sapa tu cowoknya" Ledek Hanna dengan kerlingan mata jenaka.
            ‎"Hmmm....Entah lah Hanna, aku tidak tau pasti, katanya sih, cowoknya itu ada di Malaysia sana" Goda Dodi terbahak.
            ‎"E.... eeh... Pada ngeledek ye" Bentak Diani dengan kedua tangannya sibuk mencubiti kedua sahabatnya itu.
 Malam kian larut, kesunyian mulai terasa dari hiruk ‎pikuknya suara para pengunjung. Tiada bicara, hanya sekedar saling manggut kepala sebagai isyarat memutuskan untuk pulang, Sepeda motor yang di kendarai bonceng tiga itu, perlahan mulai meninggalkan kawasan Pulau Sawah dimana sebagai pusat kegiatan Pesta Budaya atau Festival Pamalayu. Tak seberapa lama kemudian, mereka telah sampai di kediaman Dodi Sutra. Tanpa adanya basa-basi, seturunnya Dodi dari sepeda motor, Dianipun maju keposisi depan menggantikan Dodi mengendarai motornya.
 ‎           "Hati-hati Diani...!" Ujar Dodi melambaikan tangannya, gayung bersambut lambaian itupun di balas oleh dua gadis remaja yang berlalu pergi meninggalkannya. Lantas Dodi menuju kekamar peristirahannya. Dibaringkan tubuh diatas ranjangnya, dengan sejuta bayangan saat bersama Diani dan Hanna di Festival Pamalayu--Pulau sawah. Perlahan matanya mulai terpejam, hingga tertidur pulas.
 ‎       Mentari pagi memancarkan cahayanya diufuk timur. Kicauan burung-burung bernyanyi menyambut pagi. Dodi sutra bergegas mempersiapkan naskah cerpen yang belum selesai digarapnya.
Baru saja beberapa baris kalimat yang tergarap, Dodi Sutra mendengar ada ketukan pintu dari luar. Sambil menghela nafas, Dodi bangkit beranjak membukakan pintu. Sontak kaget, dengan kedatangan Diani dan Hanna. Dengan senyum ramah Dodi mengajak kedua temannya masuk kerumah.
             "Nulis cerpen lagi ya Dod...? " Tanya Diani.
             ‎"Hmmm.... Ya. Ngelanjutin naskah yang belum terselesaikan kemarin" Jawabnya kalem.
             ‎"Eheem.... Jadi Dodi ini penulis cerpen toh...?" Tanya Hanna.
             ‎"Ah.. gak juga" Sangkal Dodi merendah.
             ‎"Banyak dong naskah cerpennya...? " Lanjut Hanna lagi.
             ‎"Gak juga, tapi ada juga naskah cerpen karya Raffy.N" Jelas Dodi semangat.
             ‎"Judul apa saja cerpennya?Menarik gak ceritanya...?"
             ‎"Menarik atau atau tidaknya sebuah cerita, tergantung pada pembaca itu sendiri memahaminya" Sahut Dodi.
             ‎"Pinjam dong, nanti lusa aku kembaliin" Pinta Hanna.
             ‎"Boleh, ntar ya, tak ambilin dulu" Kata Dodi melangkah keruang dalam tempat penyimpanan naskahnya, sekejap saja, Dodi mengulurkan cerpen CINTA ANTARA PADANG--JAKARTA karya Raffy. N. Dengan tersenyum simpul cerpen itu diterima Hanna, sedangkan Diani setia berdiri dekat jendela, asyik mengamati rimbunnya pepohonan pisang yang tumbuh subur dipekarangan rumah Dodi.
            "Eh...mumpung libur, jalan yuukk" Ajak Diani pada kedua sahabatnya.
            ‎"Boleh, mau banget" Sambut Hanna semangat.
            ‎"Jalan kemana Diani...?" Tanya Dodi dengan kerutan keningnya.
            ‎"Hmm,,, kita ke Pulau sawah, hari ini pengunjungnya pasti membludak..!!" Kata Diani lagi, Betapa tidak, festival Pamalayu yang di selenggarakan dengan berbagai kegiatan untuk merayakan kabupaten Dharmasraya yang di pusatkan di Candi Pulau sawah.
Kawasan Candi Pulau Sawah itupun bakal menjadi pusat pembelajaran sejarah, pusat penelitian arkeologi dan juga bakal menjadi objek wisata dengan bebagai kisah yang menyungkupnya. Sebab, Kawasan Candi Pulau Sawah diyakini menjadi lokasi penting dari ibukota Kerajaan Malayu kuno. Di lokasi itu pula banyak ditemukan benda benda purbakala dan artefak kuno yang diduga merupakan peninggalan kerajaan.
Salah satu dari agenda itu Arung Pamalayu  sambil memperingati hari kemaritiman nasional, Pemerintah kabupaten Dharmasraya bersama aktifis kemasyarakatan juga mengetengahkan sungai Batanghari salah satu sungai terpanjang di pulau sumatera untuk diperbincangkan dalam skala nasional. Sejumlah pembesar negara bakal hadir dalam forum yang dinamai Talkshow Kemaritiman itu.
         Sejenak Dodi termenung, mungkin memikirkan keadaan dirinya yang serba kekurangan hingga Dodi agak enggan untuk bepergian. Dodi memang hidup yang sangat bersahaja jika dibandingkan dengan cowok lain yang ada di kampungnya. Dia bukanlah termasuk orang berada, malah kalau boleh bilang selalu kekurangan. Kesehariannya Hanya mengandalkan honor dari naskah yang dikirimkannya ke redaksi surat-surat kabar, sesekali kerja serabutan, yang penting halal.
         ‎"Heeyyy.... Malah ngelamun" Sentak Hanna menepuk pundak Dodi.
         ‎"Nggak kok" Sambut Dodi senyum kecil.
         ‎"Yuuk... Berangkat...!!!" Ajak Diani bangkit dari duduknya.
Tiga sekawan itupun berangkat, menyusuri sepanjang jalan nagari Siguntur. Dari Tapian Siguntur mereka memanfaatkan ponton untuk menyebarang ke dermaga Pulau Sawah.
          "Sungguh Festival Pamalayu ini mengingatkan dan menyadarkan bahwa begitu pentingnya sejarah buat kita" Gumam Dodi seakan berjalan semakin pelan dan terhenti saat sampai di tempat yang strategis untuk bersantai sambil bercengkeramah.
          ‎"Dengan adanya sejarah, maka kita tau bahwa nama kabupaten Dharmasraya diambil dari manuskrip yang terdapat pada prasasti Padang Roco, dimana pada prasasti itu disebutkan Dharmasraya  sebagai ibu kota dari kerajaan Melayu waktu itu, Selain itu nama Dharmasraya juga disebutkan dalam catatan sejarah kerajaan Majapahit, Nagarakretagama sebagai salah satu daerah vasal" Terang Hanna juga.
          ‎"Dari berbagai buku sejarah yang pernah juga aku baca, Pada tahun 1935, Himpunan Ilmuan dan Seniman Belanda termasuk di dalamnya Arkeolog Bataviaasch Genootschap van kunsten en weten schappen Mengeksavasi ARCA BHAIRAWA, ARCA AMOGHAPASA.
Patung Arca Bhairawa memiliki tinggi 4,41 Meter dan Berat 4 Ton, dipindahkan ke Museum Nasional Jakarta" Terang Diani.
               "Betul banget, ada satu lagi yang terkait dengan hal itu, yaitu patung TORSO. Patung Torso itu rupanya ditemukan juga di Siguntur sekitar tahun 1920 yang silam, kabarnya saat ini patung Torso itu menjadi koleksi di Museum Universitas Leiden Belanda" Ujar Dodi Sutra menambah ucapan dari Diani.
           "Sungguh luar biasa, berarti Kabupaten Dharmasra satu-satunya kabupaten yang memiliki sejarah besar di Indonesia" Sambung Hanna menghela Nafas.
           Tak lama kemudian Dodi dan kedua sahabatnya itu mulai beranjak dari tempat semulanya bercengkeramah, menuju ke sebuah stan atau gerai makanan khas dari nagari Siguntur. Disana mereka di suguhi dengan makanan Tradisional KONJI yang disajikan dalam SAYAK (Batok kelapa). Sebuah makanan sejenis Cendol yang terbuat dari tepung beras, gula dan santan kelapa, dimasak dalam wajan atau Panci, selain itu, juga tersedia panganan ringan lainnya seperti, kacang padi, kue talam ubi, panyiaram, Lopi, sarabi serta kue kue dari ubi dan tersedia juga berbagai jenis minuman khas Dharmasraya.
           ‎"Wooowww.....Pemandangan alam Pulau sawah nan indah mempesona, sungguh menakjubkan" Pekik Diani sekeras suaranya.
           ‎"Cihuuuuiiiiii......Dharmasraya Kereeeennnn" Serta Hanna sambil membentangkan kedua tangannya.
           ‎"Bangga jadi anak Dharmasraya..." Turut Dodi dengan suara yang lebih keras dan cukup lantang kedengarannya.
           ‎Betapa tidak, Keindahan alam Kabupaten Dharmasraya sungguh mempesona, rerumputan yang hijau serta Pepohonannya yang rindang, membuat suasana terasa sejuk dan jauh dari kebisingan. Burung--burung kecil berkicau mesrah berterbangan diatas permukaan sungai Batang Hari, rasanya kicauan itu bisa mengisi kekosongan hati. Bukit-bukit yang menjorok ke sungai menjadikan keindahan tersendiri. Itu lah alam kabupaten Dharmasraya yang berjulukan Ranah Cati Nan Tigo. Menjadikan mata tak puas memandang.
           ‎Tak terasa waktu berlalu, keasyikan tiga darah jingga itu seakan-akan lupa akan waktu, bahwa mata hari mulai tenggelam di ufuk barat. Selamat tinggal ufuk timur, Dodi dan kedua temannya berlalu pergi meninggalkan Pulau sawah. Selamat berjumpa lagi esok pagi.
"SALAM.

Tidak ada komentar:

Cinta Asungan

Cerpen Remaja : CINTA ASUNGAN

               Siang itu cuaca cukup terik menyinari bumi, Dalam ruangan kelas yang hening, hanya suara ibu guru yang terdengar menerangkan ...