CINTA ASUNGAN

Cerpen

Kamis, 13 Juni 2019

"Naik Mahligai" Tradisi Di Nagari Padukuan Tetap Lestari

                     Prosesi Naik Mahligai

Nini Mamak beserta Alim Ulama di Nagari Padukuan, Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat, mengadakan kegiatan “Naik Mahligai”, Kamis 13 juni 2019.

Acara Naik Mahligai sebuah tradisi warisan budaya nenek moyang masyarakat Minangkabau, khususnya Nagari Padukuan. Naik Mahligai ini digelar pada bulan Syawal, biasanya setelah beberapa hari lebaran.

Apa itu Mahligai?

Mahligai identik artinya singgasana tempat duduk raja raja, namun disini Mahligai itu digunakan untuk tempat duduknya ulama saat berdakwah menyampaikan tausyiah.

Masyarakat Minang, maupun pembesar negeri waktu dulu sangat menghormati dan mencintai ulamanya. Dengan ulama syiar kehidupan beragama dapat berkembang di negeri ini.

Rancang bangun Mahligai ini terbuat dari bahan kayu dan bambu. Memiliki Empat tiang Penyangga, dengan ketinggian sekira Empat  (4) M. Atapnya dari kain warna kuning dan diatas ada payung. Dinding Mahligai dibuat dari anyaman daun pinang muda dan diujung--ujungnya diikatkan uang dua ribuan hingga sepuluh ribuan, dan di sertai juga dengan berbagai macam Buah-buahan, dan makanan ringan, hal ini melambangkan sebagai simbol Alam. Bertujuan sebagai ucapan terima kasih dari masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Diatas Mahligai memiliki ruang lebih kurang sekitar Satu (1) M. Menjelang puncak Mahligai, diletakkan bebagai macam sajian yang dapat dinikmati secara bersama-sama.

Sebelum prosesi Naik Mahligai di mulai, Masyarakat beserta Ninik mamak, lengkap dengan busana kebesarannya.
             Ninik mamak dan Alim ulama

Panghulu Rajo, Katiek, Imam, Bilal dan Dubalang, dan Pemuka masyarakat lainnya di Nagari Padukuan melakukan doa bersama dan makan jamba (jamuan) bersama di Mesjid, Diiringi dengan bacaan Takbir, arak–arakan pun di mulai dari mesjid menuju Naik Mahligai, dimulai dari jenjang Mahligai pertama, Kutbah mulai di baca hingga selesai. Selain dari Kearifan Lokal serta adat istiadat masyarakat di Nagari Padukuan. Adapun maksud dan tujuan dari Naik Mahligai tersebut adalah melambangkan kekompakan para pemangku Adat istiadat yang syarat akan sejarah di alam minangkabau, yang berlandaskan Adat Bersandi Syarak, Syarak Bersandi Kitabullah. Naik Mahligai yang bertemakan “ANAK DI PANGKU, KAMANAKAN DI BIMBING” di Nagari Padukuan tersebut hanya diadakan Tiga tahun berturut--turut.
              Arak - arakan Pemangku Adat

Pada tahun pertama dengan Tiga (3) anak tangga, Tahun ke Dua memiliki Lima (5) anak tangga dan yang ke Tiga memiliki Tujuh (7) anak tangga, dengan bervariasi nya tingkat--tingkat anak tangga tersebut, menyimbolkan bahwa di selingkup Adat istiadat yang ada di Nagari, BERJENJANG NAIK, BERTANGGA TURUN. Itu lah sebuah makna yang di maksud, dan setelah itu di Istirahat kan selama Tiga tahun kedepan, begitu seterusnya.
                          Makan Jamba

Naik Mahligai ini sebuah Simbol, melambangkan kekompakan Pemangku Adat istiadat serta Alim ulama, dalam Nagari dan tetap melestarikan budaya sisa peninggalan leluhur terdahulu dan menyatu dengan Alam untuk tetap di jaga dan di warisi ke Anak kemenakan.(Raffy Nusantara).

Tidak ada komentar:

Cinta Asungan

Cerpen Remaja : CINTA ASUNGAN

               Siang itu cuaca cukup terik menyinari bumi, Dalam ruangan kelas yang hening, hanya suara ibu guru yang terdengar menerangkan ...